KONSEL, SULTRAEKSPRES.COM – Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat Universitas Halu Oleo berhasil mengembangkan alat pencacah limbah cangkang kepiting sebagai penyediaan pakan ternak berkualitas.
Pengimplementasian alat pencacah limbah cangkang kepiting itu, dilakukan di Desa Puasana, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Salah satu peneliti alat pencacah limbah cangkang kepiting Prinob Aksar, ST.,MT menjelaskan, alat pencacah limbah cangkang kepiting ini dapat menghasilkan pakan berkualitas tinggi untuk ternak.
Katanya, Pemanfaatan limbah cangkang kepiting dalam penyediaan pakan ternak adalah salah satu inisiatif berkelanjutan yang mendorong pemanfaatan sumber daya alam lokal.
Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Halu Oleo ini mengungkapkan, kepiting merupakan komoditas unggulan di wilayah Kecamatan Moramo Utara pada umumnya. Seiring dengan perkembangan industri kepiting, jumlah limbah cangkang kepiting juga meningkat. Hal ini menyebabkan permasalahan lingkungan dan pemanfaatan yang belum optimal.
“Untuk mengatasi permasalahan ini, masyarakat Desa Puasana bekerja sama dengan para peneliti lokal dan pemangku kepentingan terkait,” katanya, Selasa (24/10/2023).
Prinob Aksar menuturkan, tujuan dikembangkannya alat pencacah limbah cangkang kepiting ini, agar dapat mengubah cangkang tersebut menjadi bahan pakan ternak yang kaya akan kalsium, dan nutrisi lainnya. Alat ini memproses cangkang menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna oleh ternak, seperti ayam dan ikan.
“Salah satu keunggulan dari inovasi ini adalah pengurangan limbah dan dampak positif pada lingkungan,”tambahnya.
Sebelumnya, kata dia, limbah cangkang kepiting seringkali dibuang begitu saja, mengakibatkan masalah lingkungan di daerah tersebut. Namun, sekarang limbah cangkang kepiting diolah menjadi pakan berkualitas tinggi, sehingga tidak hanya mengurangi dampak negatif pada lingkungan tetapi juga memberikan nilai tambah bagi petani dan peternak.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Puasana, Joko Sutrisno sangat menyambut baik inovasi yang dibuat oleh para peneliti. Sebab sambung dia, inovasi ini bukan hanya menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat, tetapi juga membantu menjaga lingkungan.
“Kami berharap hal ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di seluruh Indonesia,”tuturnya.
Joko Sutrisno menambahkan, selain manfaat lingkungan, inovasi ini juga memberikan peluang ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Desa Puasana. Warga dapat menjual pakan ternak yang dihasilkan dari limbah cangkang kepiting ke petani, dan peternak di wilayah sekitar, serta memasarkannya ke daerah lain.
“Proyek ini merupakan contoh nyata bagaimana teknologi dan inovasi dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal dan lingkungan. Desa Puasana di Kabupaten Konawe Selatan adalah contoh yang inspiratif dalam memanfaatkan potensi lokal untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pihak,”tutupnya.
Diketahui, peneliti alat pencacah limbah cangkang kepiting sebagai penyediaan pakan ternak diantaranya, La Hasanudin, S.ST., M.Eng, Dr. Eng. Lukas Kano Mangalla, ST., MT, Prinob Aksar, ST., MT, Ir. Samhuddin, MPW, dan Jaka Seru Dwi Saputra, ST., M.Eng. (R)